Terbaik

Perempuan itu mendengus kesal. Hujan deras yang mengguyur tanah sudah pergi. Harusnya ia sudah naik angkot, bukan terdiam mematung disini. Toh yang ia lakukan juga sia-sia. Begitu menurutnya, tapi hatinya, berbeda. Hati itu memaksanya untuk tetap diam, berdiri dengan segala harapan.

"Aku nggak pantas untuk kamu, Rim" ucap lelaki itu, lelaki yang mencuri hati Rima, namanya Rio.
"Aku sayang sama kamu, Kak" Ya! Rima memang selama ini selalu mengawali kalimat Kak, di depan nama Rio . Karena memang Rio adalah seniornya.
"Aku nggak bisa, Rim. Karena... Aku rasa kamu tahu alasannya kenapa"
Rima menghela nafas. Kenapa harus itu alasannya, kenapa perempuan itu?! Perempuan yang sudah pergi jauh dari Rio. Mengkhianati Rio tanpa ampun. Merobek hati Rio, Rima tahu semua hal yang terjadi pada Rio dan (mantan) kekasihnya itu, Zahra. Setahun lalu Zahra pamit untuk pindah ke Bandung, dan memutuskan tali kasihnya bersama Rio, tapi tak lama Rio mengetahui kalau permintaan putus itu disebabkan bukan hanya kepindahan rumah Zahra, melainkan kepindahan hati dan perasaan Zahra pada orang lain. Zahra selingkuh..

Rima melihat ke awan, mengatur nafasnya yang sesak, matanya pun sudah mulai memanas.
"Aku harus apa sekarang? Tidak cukupkah semua yang terlihat dariku, kalau aku sayang sama kamu. Bukannya dia sudah berkhianat"
Rio menoleh cepat. Baru ia sadari kalau mata Rima yang hitam pekat, kini berkilauan karena ada air yang sebentar lagi akan mengalir di pipinya.
"Rim... Aku sayang sama kamu tapi, aku belum punya banyak ruang untuk membalas semuanya. Aku ma...sih sayang sama Zahra"
Rima benar-benar sudah tidak bisa menahan kaki nya untuk tetap diam disini. Ia angkat kaki nya dan melambaikan tangan menyetop angkot tanpa keluar sepatah katapun dari mulutnya untuk Rio.
Rio hanya diam, membiarkan Rima pergi dengan angkot hijau itu. Percuma, karena kata-katanya hanya akan lebih menyakiti Rima. Rima bukan tidak cantik, ia cantik, manis dan pintar. Jujur, Rio mengaguminya, hanya saja.. Itu tadi, Zahra. Zahra masih betah bertahta dalam benak Rio. Kekasih hati yang dulu menyayanginya kini hanya membuatnya sakit, dan sulit terlepas dari masa lalu, dan membuatnya menyakiti Rima, perempuan yang terang-terangan mencintainya.

"Rima?"
"Fin.."
"Iya? Kamu kenapa, Rim?"
"Kak Rio.."
"Kak Rio? Kenapa?"
"Aku aneh sama dia, dia bilang dia sayang sama aku tapi, waktu aku bilang sama dia, dia bilang dia masih inget mantannya"
Fina, sahabat Rima hanya bisa menghembuskan nafas pelan, prihatin. Tak bisa terbayangkan olehnya, seberapa besar sahabatnya itu mencintai Rio.
"Rim... Ini kan bukan pertama kali? Kenapa nggak coba move on, kamu cantik, Rim. Banyak yang suka sama kamu. Rio cuma bisa nyakitin kamu, dia heartbreaker"
"Tapi aku sayang sama dia, Fin"
"Sayang kamu ke dia, aku tahu besar tapi, dia engga, Rim. Buat apa menanti cinta yang cuma bikin kamu sakit"
"Aku harus gimana?"
"Lupain Kak Rio, move on. Buktiin kalau kamu perempuan tegar, dan Rio udah kehilangan orang yang harusnya dia pilih, tunjukin ke Rio. Kalau Tuhan berkehendak kalian pasti ketemu disaat yang pas kok"
"Iyaya.. Aku harus lupain Kak Rio, aku nggak boleh begini, aku coba. thankies say"
"Sip! Anytime say"
"Bye"
"Bye" tutttt... Sambungan telepon terputus.

Rima meletakan penanya, tulisannya sudah selesai. Tulisan berisi surat untuk Rio sudah rampung, hanya ditinggal diberikan kepada Rio.
"Maaf Kak, terimakasih semua yang pernah kamu kasih untuk aku. Perhatian kamu, dan segalanya. Aku akan coba menjauh, semoga kamu dapat orang yang terbaik, kalaupun tidak, semoga kamu sadar kalau aku lah yang terbaik. I love you, still loving you" Rima menghela nafas.
Cintanya memang besar pada Rio, tapi hatinya sudah memilih. Rima tidak boleh terjebak oleh cinta bertepuk sebelah tangan ini, ia harus bisa menjauh untuk kebaikan dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan Rima tadi, semoga Rio mendapatkan orang yang terbaik, kalaupun tidak, semoga Rio sadar kalau cinta Rima lah yang terbaik untuknya.


cerpen ini terinspirasi oleh cerita sahabatku.. Untuk sahabatku tersayang, ayo move on *peluk erat* 

0 komentar: